SOLOPOS.COM - Basnendar Herry Prilosadoso (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Ketika produk kerajinan dibuat dengan bantuan komputer, melalui seperangkat mesin dengan kualitas presisi antara produk satu dengan yang lain, teknologi kecerdasan buatan mampu merancang dan memproduksi kerajinan dengan jumlah yang banyak dalam waktu yang singkat.

Kondisi ini tentu menantang dan menjadi batu ujian bagi perajin kita yang mengedepankan keunikan dan keberagaman produk dibalut storytelling seni budaya tradisi dari awal pemilihan material, proses pengerjaan, sampai tahap finishing.

Promosi Bukan Mission Impossible, Garuda!

Kerajinan kriya Nusantara beragam. Tentu ini menjadi sesuatu yang layak dibanggakan. Kerajinan lokal ini termasuk golongan usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM, namun mampu memberikan devisa bagi negara yang tidak kecil.

UMKM kerajinan mampu dan berdaya melewati pandemi Covid-19. Pada era pascapandemi UMKM mampu melewati rintangan yang sering disebut sebagai VUCA, yaitu volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity.

Era VUCA menjadikan kondisi ekonomi dunia labil, berubah amat cepat, penuh ketidakpastian, dengan tantangan yang lebih rumit, kompleks, serta penuh ketidakjelasan dan menjadikan sangat membingungkan.

Berdasarkan data Outlook Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia 2023/2024 , jumlah tenaga kerja ekonomi kreatif pada 2023 adalah 24,34 juta orang. Di dalamnya termasuk yang diserap di subsektor kriya.

Potensi subsektor kriya dengan ekspor produk sebesar US$792,67 juta (6,71%), peringkat ketiga dari subsektor mode (fashion) yang mencapai US$6,56 miliar (55,52%), disusul kuliner US$4,46 miliar (37,7%).

Potensi ekonomi kreatif sangat penting, khususnya terkait produk kriya. Kriya, khususnya kerajinan di Indonesia, tidak bisa dilepaskan dari keberadaan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) sebagai lembaga yang fokus mengelola potensi kriya dan pengembangannya di Indonesia.

Dekranas menyelenggarakan puncak peringatan hari ulang tahun ke-44 pada 15-18 Mei 2024 di Kota Solo, Jawa Tengah, dengan mengusung tema Tumbuh Bersama, Majukan Warisan Bangsa.

Momentum peringatan ini diharapkan meningkatkan minat terhadap produk-produk kerajinan lokal yang mencerminkan warisan budaya daerah. Kondisi ini mendukung pelestarian tradisi dan menghasilkan produk yang memiliki nilai historis dan budaya.

Kota Solo telah masuk Jaringan Kota Kreatif Dunia versi Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) dengan ciri khas kerajinan tangan dan kesenian rakyat. Tentu acara peringatan ini selaras dengan potensi yang dimiliki masyarakat Kota Solo.

Momentum ini juga diharapkan membangkitkan potensi kerajinan untuk lebih berdaya dan para pelaku mampu membaca perubahan zaman yang serbacepat. Salah satunya keberadaan kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI) yang semakin berkembang di segala aspek kehidupan manusia.

Masih banyak kendala dan tantangan yang harus dihadapi dalam perkembangan dan pengembangan kriya yang mengedepankan keunikan dan aspek lokalitas agar berdaya saing dengan produk dari mancanegara.

Produk kriya penuh dengan sentuhan budaya lokal yang dihasilkan oleh tangan-tangan yang dikelilingi beragam cerita, sejarah, dan tradisi yang kental. Ini akan beradu kecepatan dengan selera pasar, industri global, dan teknologi AI.

Indonesia sudah meratifikasi dan bergabung ke Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organization for Economic Cooperation and Development atau OECD). Dewan OECD telah memutuskan membuka diskusi aksesi dengan Indonesia pada Februari 2024.

Hal ini memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk melangkah sebagai negara maju pada masa depan. Status Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia dan perekonomian terbesar di Asia Tenggara dianggap oleh OECD sebagai pemain penting di tingkat global dan berkontribusi di wilayah Asia Tenggara dan sekitarnya.

Menurut OECD, kecerdasan buatan pada ekonomi platform adalah sistem berbasis teknologi yang dapat membantu manusia membuat prediksi, saran, atau keputusan yang berdampak dan memengaruhi kehidupan atau lingkungan secara virtual.

Lokalitas Versus Teknologi

Aspek efisiensi yang dijanjikan kecerdasan buatan yang hampir mirip dengan kemampuan manusia memungkinkan kecerdasan buatan mengubah cara manusia bekerja pada masa depan. Banyak industri yang merasakan manfaat langsung dari kecerdasan buatan untuk meningkatkan produktivitas mereka.

Aspek efisiensi sangat penting pada era teknologi yang serbacepat ini. Tentu saja teknologi kecerdasan buatan sangat menarik dan akan menjadi bahan kajian karena dalam perkembangan dan penerapan teknologi masih ada banyak tantangan dan gegar teknologi di masyarakat yang perlu diperhatikan.

Pada 2021, sekitar 26,7 juta tenaga kerja di Indonesia, menurut data Litbang Kompas (2023), terbantu oleh kecerdasan buatan. Banyak orang mulai mempertanyakan kecerdasan buatan saat ini, meskipun aplikasinya masih terbatas.

Penggunaan mesin dan komputer yang dapat meniru pikiran manusia dalam membuat keputusan atau memecahkan masalah membantu mengerjakan tugas para pekerja tersebut, termasuk para perajin dan produsen subsektor kriya.

Meskipun kecerdasan buatan dapat membantu memberi solusi, hasilnya sering tidak sesuai harapan. Solusi yang terlalu tinggi biayanya atau terlalu luas untuk digunakan tidak dapat menjawab pertanyaan tentang masalah yang dihadapi.

Kecepatan dan keuntungan teknologi ini berpotensi mengurangi aspek humanis dan keragaman produk kriya yang mengedepankan keunikan muatan lokal. Kecerdasan buatan menjanjikan kemudahan dalam salah satu aspek produksi dan pemasaran, namun kemajuan ini telah menimbulkan kekhawatiran baru tentang hilangnya pekerjaan.

Kemampuan mengotomatisasi serangkaian tugas yang berkembang pesat dan potensinya untuk memengaruhi setiap sektor ekonomi secara makro memunculkan kekhawatiran. Saat ini, kecerdasan buatan sempit atau artificial narrow intelligence (ANI), yaitu kecerdasan buatan yang memiliki satu tugas atau hanya fungsi tertentu, digunakan oleh para ahli dan perekayasa.



Sedangkan yang masih dalam proses pengembangan adalah kecerdasan buatan yang umum, disebut artificial general intelligence (AGI), yang memiliki kecerdasan yang dapat memahami sekitarnya dan melakukan banyak tugas yang mirip dilakukan oleh manusia.

Masalah pro dan kontra tentang keberadaan teknologi kecerdasan buatan tehadap produk kriya merupakan isu yang kompleks. Ini memang memerlukan solusi yang komprehensif dan kreatif.

Perkembangan teknologi awal mengenai kecerdasan buatan yang mampu menyamai kecerdasan manusia bermula dari agen robotik bernama Gato. Ini awal lahirnya teknologi kecerdasan buatan yang mampu menyamai kecerdasan manusia (Murtiningsih, 2024).

Kecerdasan buatan bisa menjadi bagian dari solusi aneka masalah layaknya dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan antara satu dengan sisi yang lainnya. Beberapa cara, solusi, dan tawaran kecerdasan buatan dapat membantu meningkatkan produksi dan desain produk kerajinan kriya.

Melalui personalisasi rekomendasi bacaan dengan menggunakan algoritma kecerdasan buatan untuk mengidentifikasi minat dan preferensi desain dan jenis kerajinan yang akan menjadi tren pada masa depan, sistem dapat menyarankan produk kriya yang sesuai dengan minat dan kebutuhan setiap segmentasi konsumen.

Membangun platform perancangan desain interaktif yang menggunakan elemen kecerdasan buatan, seperti chatbots atau sistem rekomendasi cerdas, memberikan alternatif beragam desain kriya saat masyarakat konsumen menjelajahi produk kerajinan yang dibutuhkan dan diminati.

Selain meningkatkan pelatihan dan pendidikan tentang industri kerajinan, sumber daya manusia harus terus dikembangkan. Sumber daya manusia yang berkualitas penting untuk menjaga kualitas produk.

Untuk bertahan dalam persaingan yang semakin ketat, perajin harus berinovasi dan memperbaiki kualitas produk mereka, salah satunya dengan teknologi kecerdasan buatan. Melalui pengumpulan dan analisis data, kecerdasan buatan dapat membantu mengidentifikasi pola perilaku konsumen.

Dapat dikembangkan strategi yang lebih efektif dalam meningkatkan minat pada kerajinan berbasis budaya lokal. Memanfaatkan kecerdasan buatan untuk membantu perajin dalam memahami preferensi konsumen serta tren pasar dapat menciptakan desain dan produk yang lebih menarik dan sesuai kebutuhan.

Produk kerajinan dibuat untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal yang berkembang dan juga untuk dijual ke pasar internasional. Seiring berjalannya waktu, permintaan atas produk yang unik, khas, menarik, dan berkualitas tinggi terus meningkat.

Perajin harus memastikan bahwa produk mereka asli dan punya value tersendiri. Melalui kecerdasan buatan, perajin didorong mendapatkan akses yang lebih mudah ke pasar global. Dengan cara ini, perajin memiliki kesempatan menjual barang mereka di luar negeri.

Ketika ekspor produk kerajinan meningkat, dapat membantu perekonomian lokal. Kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih merangsang minat masyarakat dan meningkatkan pemahaman atas potensi lokal dan kerajinan pada masyarakat kita dengan menggabungkan teknologi kecerdasan buatan dengan pemahaman mendalam tentang kebutuhan dan preferensi konsumen.

Adaptasi dengan teknologi kecerdasan buatan akan membantu seniman, kriyawan, atau perajin menghasilkan kerajinan produk asli Indonesia. Tentu mereka tidak boleh kehilangan keautentikan dan aspek humanis di balik setiap karya kriya. Siapkah kita menerima kondisi tersebut?

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 17 Mei 2024. Penulis adalah dosen di Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Solo)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya