SOLOPOS.COM - Anjar Miska Prayoga (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Pendidikan  seharusnya tak melulu soal nilai. Angka-angka di rapor yang kerap dibanggakan oleh sebagian orang tua siswa bisa jadi sangat manipulatif.

Kita mesti melihat kembali pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang membagi empat bagian penting sentral dalam proses pendidikan, yakni olah hati (etika), olah pikir (literasi), olah rasa dan karsa (estetik, kreatif, inovatif), dan olahraga (kinestetik).

Promosi Meniti Jalan Terakhir menuju Paris

Kita mengenal rasa dengan dua definisi. Pertama, tentang suatu hal yang dapat ditangkap secara indrawi, seperti manis, pahit, masam, panas, dingin, nyeri. Kedua, kepekaan hati terhadap sesuatu, seperti rasa sedih, khawatir, senang, dan gembira.

Pendidikan tidak sekadar transfer ilmu pengetahuan antara guru dan murid. Pendidikan juga tentang murid memiliki kepekaan hati, mampu menempatkan diri, bijak dalam mengambil keputusan, dan berpikir jauh ke depan sebelum melakukan suatu hal.

Olah rasa merujuk pada kepekaan sosial anak. Kepekaan sosial terdiri atas kompetensi sikap peka dan peduli, empati pada orang lain, jeli dan cermat, dan semangat untuk berbagi. Dalam istilah pendidikan dikenal dengan ranah afektif.

Kita bisa menilik kurikulum guna melihat sejauh mana pemangku kebijakan pendidikan memperhatikan kepekaan rasa. Sekarang terdapat istilah profil pelajar Pancasila, yaitu ciri karakter dan kompetensi yang diharapkan diraih oleh siswa yang didasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila.

Pada Kurikulum 2013 aspek afektif mendapat tempat tersendiri dalam rapor siswa, lengkap dengan deskripsi sikap yang meliputi sikap spiritual dan sikap sosial. Kurikulum 2013 lebih membantu guru dalam hal tersebut dibanding Kurikulum Merdeka yang sering kali disebut “masih” program tumbuh.

Menurut wartawan dan sastrawan Putu Fajar Arcana, puisi dapat melatih pikiran menginterpretasikan kata-kata sehingga membuat seseorang lebih peka. Melalui kata-kata sederhana yang penuh makna, puisi dapat menjadi media penyampaian gagasan, serta mengungkap ilusi dan imajinasi yang sarat makna.

Kata-kata yang indah dalam puisi lazim digubah pujangga tersebab lahir dari kepekaan rasa. Termasuk kepekaan terhadap persoalan-persoalan kemanusiaan, cinta kasih, lingkungan, sosial, budaya, ekonomi, dan sebagainya.

Kepekaan-kepekaan itu diungkapkan melalui pemilihan diksi yang berpadu indah sehingga melahirkan jalinan kata-kata yang sarat makna. Coba kita baca puisi Dalam Diriku karya maestro sastra Indonesia almarhum Sapardi Djoko Damono berikut ini:

Dalam Diriku

Dalam diriku mengalir sungai panjang

Darah namanya;

Dalam diriku menggenang telaga darah

Sukma namanya;

Dalam diriku meriak gelombang sukma

Hidup namanya!

Dan karena hidup itu indah

Aku menangis sepuas-puasnya.

Terdapat pengajaran dari puisi tersebut yang dapat disampaikan guru kepada siswa. Guru dapat menggunakan puisi itu untuk pengenalan tentang diri atau manusia.

Pengajaran tentang moral, agama, bahasa Indonesia sekaligus ilmu pengetahuan alam dapat diambil dari puisi tersebut. Mari kita baca puisi yang lain, karya Taufiq Ismail yang berjudul Dengan Puisi, Aku yang dikutip dari buku Pembelajaran Puisi, Apresiasi dari Dalam Kelas (2020) karya Supriyanto.

Dengan puisi, aku bernyanyi

Sampai senja umurku nanti

Dengan puisi, aku bercinta

Berbatas cakrawala

Dengan puisi, aku mengenang

Keabadian yang akan datang

Dengan puisi, aku menangis

Jarum waktu bila kejam mengiris

Dengan puisi, aku mengutuk

Nafas zaman yang busuk

Dengan puisi, aku berdoa

Perkenankanlah kiranya



Pada puisi di atas kita dapat mengambil makna seorang penyair mesti mempunyai kepekaan atas peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya, khususnya peristiwa yang kurang menyenangkan seperti maraknya kasus kriminalitas, semakin bertambahnya angka kemiskinan, dan meningkatnya jumlah pengangguran sebagaimana pada bait ”dengan puisi, aku mengutuk / nafas zaman yang busuk”.

Tentu masih banyak puisi lain yang dapat dijadikan media mengolah rasa para siswa. Tidak mesti harus selalu melihat puisi penyair besar seperti SDD atau Taufiq Ismail.

Begitu mudah saat ini mendapatkan akses ke puisi yang bisa diesuaikan untuk kebutuhan pengajaran mengolah rasa. Langkah pertama adalah guru memastikan siswa memahami makna puisi.

Dari pemahaman makna yang tepat muncul penghayatan. Penghayatan dalam pembacaan puisi meliputi ekspresi wajah, bahasa tubuh, pancaran emosi, dan ketepatan intonasi.

Kendala yang umum dihadapi guru adalah siswa kurang percaya diri membaca puisi sehingga tidak muncul penghayatan yang tepat. Kendala ini muncul disebabkan siswa merasa tidak mempunyai bakat, takut bila salah dan ditertawakan teman, ditambah pembacaan puisi bukanlah hiburan arus utama bagi siswa saat ini.

Langkah kedua adalah guru memberikan contoh pembacaan puisi dengan bagus dan tepat di hadapan siswa. Guru menjadi role model pembacaan puisi.

Dengan memerhatikan guru sebagai model dalam pembacaan puisi, siswa akan termotivasi sehingga tumbuh minat membaca puisi dengan lafal, intonasi, irama yang sesuai serta mulai mampu memahami isi puisi meski belum sempurna.

Langkah ketiga yaitu siswa mempraktikkan pembacaan puisi setelah melihat pembacaan puisi yang tepat oleh guru. Guru memberi kesempatan kepada siswa yang siap untuk praktik membaca puisi.

Yang terpenting adalah refleksi dari pembacaan puisi, yaitu menginternalisasi nilai-nilai kepekaan rasa kepada siswa. Refleksi ini dapat dilakukan pada akhir pembacaan puisi.



Puisi terlahir dari pikiran yang jernih dan kepekaan hati sang penyair. Tidak ada satu pun puisi yang lahir dari kealpaan. Memilih jalan melatih kepekaan rasa dengan berpuisi artinya memilih jalan kehidupan yang tenteram dan damai.

Ketika nilai-nilai kepekaan sebuah puisi tertanam dalam jiwa anak didik berarti guru telah menyiapkan generasi bangsa yang penuh ketenteraman, kedamaian, saling asih dan asuh.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 5 Juni 2024. Penulis adalah guru di SDN Banyurip 2, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen)





Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya