SOLOPOS.COM - Yulianna Cahya Nuraini (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Akhir-akhir ini serangan jantung tidak hanya menyerang warga berusia 50-an tahun atau 60-an tahun. Prevalensi serangan jantung secara nasional maupun global meningkat pada usia 30 tahun hingga 40-an tahun.

Fenomena ini dikenal sebagai premature coronary artery disease (PCAD), yaitu serangan jantung yang menyerang individu berusia di bawah 45 tahun pada laki-laki dan di bawah usia 55 tahun pada perempuan.

Promosi Ayo Mudik, Saatnya Uang Mengalir sampai Jauh

Kini pada rentang  usia 20 tahun hingga 30 tahun sering didapati serangan jantung koroner. Pada 2019, angka kejadian serangan ini secara global mencapai 4% hingga 10% dari seluruh kejadian serangan jantung sebelum usia 45 tahun yang kebanyakan terjadi pada laki-laki.

Beberapa jurnal pada 2022 mencatat angka prevalensi PCAD meningkat menjadi 15% (global) sampai dengan 29,9% (India) dengan perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki pada populasi di India (33% dan 29,2%).

Populasi di Amerika Serikat mengungkapkan laki-laki mendominasi kasus ini, sebanyak 87%. Peningkatan PCAD ditengarai akibat perubahan gaya hidup secara global yang menjadi lebih tidak sehat.

Faktor risiko seperti merokok dan keturunan keluarga yang pernah mengalami serangan jantung ditemukan lebih banyak pada mereka yang terkena PCAD. Penurunan kolesterol baik (HDL) dan peningkatan kolesterol jahat (LDL) juga lebih sering ditemukan pada pengidap PCAD.

Faktor risiko tersebut dapat dimodifikasi dengan cara mengatur pola makan dan gaya hidup kita menjadi lebih sehat. Tantangan yang muncul pada era modern saat ini adalah banyak junk food dan makanan kurang sehat yang lebih mudah ditemukan daripada makanan sehat dan bergizi.

Mengonsumsi makanan sehat saat ini jauh lebih mudah dibandingkan beberapa waktu lalu, seperti olahan sayur dan buah-buahan. Kemajuan teknologi membuat peran-peran manusia dalam pekerjaan menjadi lebih minimalis sehingga aktivitas fisik menjadi berkurang, kecuali diimbangi dengan olahraga yang teratur.

Kurangnya kontrol terhadap pemilihan makanan dan aktivitas oleh individu berdampak pada pola-pola yang berulang dan menyebabkan efek yang negatif terhadap tubuh, salah satu yang spesifik adalah pengapuran dinding pembuluh darah.

Proses pengapuran pembuluh darah dimulai pada usia 20-an tahun sehingga diperlukan pola gaya hidup sehat sepanjang tahun agar pengapuran tidak menjadi lebih cepat daripada umumnya.

Pengapuran ini secara fisiologis akan dimulai dengan endapan hasil metabolisme kolesterol jahat di dinding pembuluh darah. Ini berprogres selama bertahun-tahun.

Apabila ada kelebihan kolesterol jahat dalam pembuluh darah atau ada tekanan darah yang tinggi, pembuluh darah menjadi semakin cepat rusak dan mempercepat proses pengapuran dinding pembuluh darah.

Hal tersebut menyebabkan lubang pembuluh darah semakin sempit dan pada akhirnya menyumbat aliran darah ke organ yang dituju. Jika hal tersebut terjadi pada pembuluh darah koroner yang menyuplai organ jantung, otot jantung kekurangan nutrisi dan oksigen.

Ini berakibat otot jantung melemah, bahkan sampai pada kematian sel-sel otot jantung. Aktivitas jantung memompa darah menjadi tidak maksimal, bahkan darah dapat terbendung dan terjadi rembesan cairan ke paru-paru yang menyebabkan seseorang menjadi sesak napas dan sulit bernapas.

Serangan jantung atau “angin duduk” pada usia dini adalah penyakit yang sangat perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan kematian dalam sesaat. Tanda awal serangan jantung ini adalah seseorang tiba-tiba merasa nyeri pada dada kiri seperti tertindih beban berat, disertai keringat dingin, mual, dan sesak napas.

Keluhan dapat muncul saat seseorang dalam kondisi aktivitas berat, ringan, atau bahkan mungkin saat istirahat. Penanganan pertama saat menjumpai seseorang dengan serangan jantung adalah membawanya ke unit gawat darurat di rumah sakit terdekat.

Apabila pernah mendapat serangan jantung, terkadang ada obat yang sudah diresepkan untuk diminum rutin demi mengurangi keluhan. Studi ilmiah sebelumnya menunjukkan tingkat kematian pada PCAD sebesar 2,7% dalam kurun waktu enam bulan.

Dalam studi ilmiah dengan populasi yang lebih besar, kematian dapat mencapai 30% dalam kurun waktu 15 tahun. Beberapa hal yang terkait dengan rendahnya tingkat harapan hidup pada pasien PCAD adalah komorbiditas diabetes melitus, perokok aktif, dan penurunan fungsi ventrikel kiri.

Keterlibatan pembuluh darah single-vessel disease (SVD) terbukti secara signifikan lebih banyak terjadi pada PCAD dibandingkan dengan double-vessels disease (DVD) atau triple-vessels disease (TVD) pada CAD yang terjadi pada populasi yang lebih tua.

Faktor genetik memainkan peran penting sebagai salah satu faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi pada individu dengan PCAD. Hal tersebut terbukti dalam suatu studi yang menyebut 14,8% populasi PCAD memiliki faktor risiko dari keluarga dibandingkan dengan 10,45% pada populasi yang lebih tua.

Salah satu yang menjadi perhatian dari peningkatan kejadian serangan jantung pada usia dini adalah secara sadar kita berani memulai gaya hidup yang lebih sehat.

Dengan perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat, kita berusaha mengubah faktor risiko yang dapat dikontrol sehingga menurunkan kemungkinan terjadi CAD pada masa mendatang.

Gaya hidup sehat ini terdiri  beberapa hal, yaitu konsumsi makanan bergizi, melakukan aktivitas harian secara aktif, berolahraga, istirahat cukup, mengelola stres, dan menghindari rokok.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 18 Mei 2024. Penulis adalah dokter umum di Rumah Sakit JIH Solo. Naskah ditulis bersama Irnizarifka, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di Rumah Sakit UNS dan dosen di Fakultas Kedokteran UNS)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya