SOLOPOS.COM - Abu Nadzib (Istimewa/Solopos)

Solopos.com, SOLO – Sebagian publik sepak bola di negeri ini cemas karena Shin Tae-yong (STY) belum teken kontrak sebagai pelatih tim nasional Indonesia. Berkas kontrak yang disodorkan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) beberapa waktu lalu belum ditandatangani pelatih yang kini sedang berada di negara asalnya, Korea Selatan, tersebut.

Ketua Umum PSSI Erick Thohir mengatakan STY belum teken kontrak. PSSI masih menunggu tanda tangan pelatih yang mengantarkan tim Garuda ke ronde ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026. Akhir kontrak STY terjadi pada Juni 2024 yang artinya tinggal menyisakan enam hari lagi.

Promosi Berteman dengan Merapi yang Tak Pernah Berhenti Bergemuruh

Erick Thohir menyatakan hubungan STY dengan PSSI sangat baik. Ia optimistis STY tetap bersama tim nasional Indonesia hingga tahun 2027. Walakin, Erick mengatakan tidak bisa melarang apabila pada akhirnya mantan penggawa tim nasional Korea Selatan itu memilih untuk kembali melatih tim nasional negaranya.

Beberapa hari terakhir, kabar STY belum teken kontrak menjadi isu liar. STY lantas dihubung-hubungkan dengan federasi sepak bola Korea Selatan, KFA, yang konon berminat menggaet kembali STY sebagai pelatih tim nasional Korea Selatan.

STY adalah pelatih ketika tim nasional Korea Selatan mengalahkan Jerman di Piala Dunia 2018,  tapi dipecat di akhir turnamen karena gagal lolos dari fase grup. Isu liar ini sama persis dengan yang terjadi pada Piala Asia 2023. Saat itu STY diisukan akan melatih klub.

Berbagai kanal media sosial dan para kreator konten menggoreng isu ini sehingga berkembang menjadi sangat liar. Isu itu pada akhirnya terbantahkan ketika STY teken kontrak hingga akhir Juni 2024.

Wartawan olahraga Haris Pardede mengatakan berdasarkan informasi kuat yang ia terima dari koleganya di KFA, hanya ada dua kandidat kuat pelatih tim nasional Korea Selatan. Mereka adalah pelatih lokal, namun dipastikan STY tidak termasuk.

Di kanal Youtube, Bung Harpa, sapaan wartawan yang kerap meliput berbagai event akbar sepak bola itu, menyatakan dua kandidat kuat tersebut adalah Hong Meyong Bo dan Kin Do Hoon.

Haruskah STY yang menjadi pelatih tim nasional Indonesia? Menurut saya, untuk saat ini iya. Kenapa? Karena tim nasional Indonesia sedang berjalan di rute yang benar menuju prestasi dunia. Tim nasional sepak bola Indonesia telah mengukuhkan satu tempat di Piala Asia 2027.  Indonesia juga sedang merajut mimpi tampil di Piala Dunia 2026 setelah lolos ke babak ketiga kualifikasi.

Ini capaian terjauh tim nasional Indonesia dalam perjalanan merebut satu tiket turnamen sepak bola terakbar sejagat. Tanpa bermaksud meremehkan para pelatih lainnya, STY punya keunggulan, yakni chemistry dengan para pemain tim nasional.

Meskipun beberapa pemain baru berdatangan, seperti Thom Haye, Ragnar Oratmangoen, dan Calvin Verdonk, kedekatan antarpenggawa Merah Putih sudah terbentuk. Hal itu dibuktikan dalam laga terakhir melawan Filipina yang berakhir dengan kemenangan 2-0, serta saat menaklukkan Vietnam dua kali dengan agregat 4-0.

Putaran ketiga akan berlangsung pada September 2024 sehingga sangat berisiko jika ada nakhoda baru di tim nasional Indonesia. Apabila menilik capaian, STY punya rapor yang bagus kendati belum memberikan gelar juara sejak membesut tim nasional pada akhir 2019.

Level sepak bola Indonesia meningkat pesat, level junior maupun senior. Di level junior, Indonesia mengejutkan publik Asia dan dunia ketika menduduki peringkat ke-4 Piala Asia U-23 Qatar belum lama ini. Garuda Muda datang sebagai debutan sejak turnamen kelompok umur itu digelar pada 2013.

Untuk melaju ke posisi tersebut, Witan Sulaeman dan kawan-kawan mengalahkan tim nasional negara-negara kuat, yakni Australia, Yordania, dan Korea Selatan. Garuda Muda nyaris merebut tiket ke Olimpiade Paris 2024 sebelum kalah 0-1 dari Guinea melalui gol penalti yang kontroversial.

Di level senior lebih membanggakan lagi. Indonesia melaju terjauh di kualifikasi Piala Dunia dengan masuk ke babak ketiga. Tiket mulai bisa direbut. Pada babak ketiga ini peluang Indonesia memang masih sangat berat karena harus bersaing dengan negara-negara langganan piala dunia seperti Jepang, Korea Selatan, Australia, Arab Saudi, Irak, dan lain-lain.

Setidaknya Indonesia masih berpeluang merebut tiket di babak-babak selanjutnya asalkan menempati peringkat ketiga dan keempat di masing-masing grup. Ketika skenario itu meleset, Indonesia masih berpeluang merebut tiket piala dunia dengan masuk ke babak play off, bertarung dengan wakil dari benua lain, seperti saat Garuda Muda bersaing dengan Guinea berebut tiket olimpiade.

Tentu saja capaian ini harus disyukuri. Sepak bola Indonesia sedang di jalan yang benar menuju prestasi tertinggi. Dengan skuad saat ini, potensi menaikkan ranking FIFA terbuka lebar pada beberapa waktu mendatang. Seperti dicanangkan Erick Thohir saat awal menjabat Ketua PSSI, Indonesia masuk ke peringkat 100 besar dunia.

Saat ini, Indonesia sudah berhasil memangkas jarak dari 173 menjadi 134 setelah dibesut Shin Tae-yong selama empat tahun terakhir. Hingga saat ini STY adalah pelatih dengan durasi terlama membesut tim nasional Indonesia. Pelatih-pelatih sebelumnya hanya satu tahun sampai dua tahun meracik tim Merah Putih.

Ada beberapa pelatih yang beberapa kali melatih tim nasional Indonesia, namun dalam waktu yang berbeda, yaitu Ivan Kolev (2002-2004 dan 2007) dan Alfred Reidl (2010-2011 dan 2013-2014). Seperti sering disuarakan legenda hidup sepak bola Indonesia, Bambang Pamungkas, berganti pelatih dalam waktu pendek tidak akan pernah bisa memberikan prestasi bagi tim nasional Indonesia.

Untuk menorehkan prestasi, pelatih berkaliber dunia sekalipun membutuhkan waktu. Dengan hanya satu tahun hingga dua tahun, mustahil seorang pelatih bisa memberikan prestasi bagi tim Merah Putih.

Mumpung PSSI di tangan yang benar, kita berharap sepak bola Indonesia benar-benar menemukan momentum bangun dari tidur sebagai Macan Asia. PSSI era sebelumnya alih-alih berprestasi, sepak bola hanya dijadikan mainan politik dari satu pengurus ke pengurus berikutnya.

Hal ini yang memicu maraknya mafia bola yang sulit diberantas hingga saat ini. Harus diakui, Erick Thohir tepat mengurus sepak bola Indonesia. Pengalaman bertahun-tahun di sepak bola dan memiliki beberapa klub, termasuk Inter Milan, membuat Menteri Badan Usaha Milik Negara ini punya bekal bagus memperbaiki sepak bola Indonesia.

Prioritas jangka pendek meningkatkan prestasi tim nasional Indonesia sudah tercapai melalui seleksi ketat pemain lokal dan merekrut pemain-pemain keturunan. Saat ini sepak bola Indonesia sedang menjadi sorotan dunia.

Ditambah hubungan Erick Thohir dan Presiden FIFA Gianni Infantino yang cukup dekat, transformasi sepak bola Indonesia ke depan menjadi lebih mudah dilakukan. Dengan sosok Erick Thohir di PSSI, STY mendapat sokongan total untuk membuat tim nasional Indonesia mendunia.



Berbarengan dengan itu, PSSI melakukan pembenahan ke dalam dengan menggalakkan pemberantasan match fixing, menindak tegas pelaku mafia sepak bola, memperbaiki kualitas wasit, penggunaan VAR, serta menggulirkan kompetisi usia dini dan sepak bola perempuan.

Langkah-langkah bagus ini akan menjadi bekal yang kuat untuk membenahi sepak bola Indonesia dan mencapai prestasi. Ketika sepak bola sudah di jalan yang tepat, siapa pun ketua PSSI dan pelatih tim nasional tidak akan menjadi masalah.

Tak kalah penting, publik sepak bola Indonesia harus menjadi pengawas yang kritis jika pada kemudian hari mendapati lagi tangan-tangan kotor yang ingin memolitisasi sepak bola Indonesia. Maju terus PSSI, STY tetap stay.

(Versi lebih singkat esai ini terbit di Harian Solopos edisi 25 Juni 2024. Penulis adalah Manajer Konten Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya