SOLOPOS.COM - Alvari Kunto Prabowo (Istimewa/Solopos)

Solopos.com, SOLO – Beberapa tahun belakangan fenomena klakson telolet basuri menjadi tren di kalangan anak muda dan para bocah cilik (bocil) di Indonesia. Banyak di antara mereka setiap siang hingga sore hari menunggu bus-bus antarkota antarprovinsi (AKAP) yang keluar dari terminal.

Telolet basuri merujuk pada klakson yang bisa mengeluarkan sejumlah nada, bahkan lagu singkat. Sedangkan klakson konvensional hanya bisa mengeluarkan satu nada.

Promosi Borneo FC dan Kejamnya Drama Sepak Bola

Bermodal kamera handphone (HP) dan hanya dengan isyarat jempol yang diangkat, mereka kompak lantang berteriak ”Om! Basuri, Om!” Sopir yang responsif menanggapi dengan membunyikan klakson telolet atau basuri dengan model nada yang mereka miliki.

Para bocil begitu mendegar suara klakson langsung berhamburan berjoget tanpa menghiraukan lingkungan sekitar. Memang sangat sederhana, namun telolet dan basuri seolah-olah menjadi hiburan tersendiri bagi para bocil dan kaum muda penyuka bus.

Bagi para penyuka bus yang berusia senior tentu menganggap hal demikian konyol karena memang jika diperhatikan justru membahayakan para bocil itu sendiri. Sejumlah media memberitakan seorang anak terlindas bus di lingkungan terminal.

Kementerian Perhubungan dan Korps Lalu Lintas Polri telah mengeluarkan imbauan yang dilanjutkan pelarangan penggunaan klakson telotet basuri. Imbauan tersebut berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan.

Pasal 69 peraturan itu menyatakan suara klakson paling rendah 83 desibel dan paling tinggi 118 desibel dengan pengukuran serendah-rendahnya pada jarak dua meter di depan kendaraan.

Kementerian Perhubungan juga menyatakan klakson telolet basuri bisa mengeluarkan sejumlah nada, bahkan lagu singkat. Akibatnya bunyi klakson basuri dapat membahayakan masyarakat yang dekat dengan bus yang membunyikan.

Suara keras juga mengakibatkan gangguan konsentrasi pengendara kendaraan lain. Intinya banyak pengguna jalan yang terkejut saat klakson basuri dibunyikan. Kementerian Perhubungan secara rutin melakukan razia di dalam terminal untuk mencari bus-bus yang dilengkapi klakson basuri.

Pada setiap ramp check, klakson menjadi salah satu sasaran yang ditertibkan. Tak mengherankan sekarang di jalanan jarang terdengar senandung musik dari klakson basuri saat bus-bus AKAP dan bus pariwisata melintas.

Awal mula kemunculan klakson basuri ini berawal dari pemilik PO Efisiensi saat pergi ke Tanah Suci. Sang pemilik bus itu melihat bus di Arab Saudi menggunakan klakson bernada.

Di sana penggunaan klaskon bernada itu adalah cara sopir bus menghalau unta atau binatang di jalanan. Sepulang dari Arab Saudi itulah dia membeli klakson model baru itu dan dipasang di bus miliknya.

Basuri muncul setelah klakson telolet menghebohkan Indonesia pada 2010-2016. Setelah 2016 basuri muncul dan makin menarik kalangan bocil untuk kongkow di pinggir jalan.

Seiring waktu pula tren ini justru menyebabkan beberapa kecelakaan yang akhirnya membuat pemerintah melarang klakson basuri. Di kalang penyuka bus berusia senior ternyata ada suara klakson yang bagi mereka adalah “mbahnya” telotet dan basuri.

Mereka menyebut sejak belum berganti nama PO Sugeng Rahayu adalah pelopornya. Klakson dalam bus ini sebenarnya tak berbeda dengan klakson-klakson yang dipasang di bus-bus AKAP lainnya, namun pengemudi PO yang berkantor pusat di Sidoarjo ini punya cara tersendiri saat membunyikan.

Sopir-sopir bus milik PO Sumber Group selalu menekan klakson secara cepat dan terus-menerus. Dari luar bus klakson terdengar “tretetetetetetetet…..” Bagi para penyuka bus usia tua ketika mendengar klakson model seperti ini langsung menebak itu bus milik PO Sumber Group meski bus belum kelihatan.

Itulah gaya khas para sopir di PO Sumber Group. Mereka mengaku lebih puas mengaplikasikan klakson “tretetetetetetetet” daripada telolet maupun basuri. Ratusan bus milik PO ini setiap hari melayani penumpang di rute Jawa Timur menuju Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta hingga Jawa Barat pergi-pulang atau PP.

Sumber Group juga punya banyak cerita selama meramaikan jalanan di kawasan Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. PO ini berdiri pada 1981 dengan nama Sumber Kencono. PO ini sempat mengalami masa kelam, puncaknya terjadi pada 2011.

Rentetan kecelakaan menimpa bus-bus milik PO ini. Setiap hari bus yang dioperasikan 100 unit. Bagi para penyuka bus, rasio kecelakaan bus Sumber Kencono sebenarnya masih “wajar”.

Apabila dihitung dari probabilitas jumlah bus yang dioperasikan 100 unit per hari dan ada kecelakaan 10 unit maka persentasenya hanya 10%. Bandingkan dengan PO yang punya dua bus beroperasi setiap hari dan satu bus mengalami kecelakaan, maka probabilitasnya menjadi 50%.

Bos Sumber Group merombak ulang manajemen perusahaan. Semua armada Sumber Kencono dikandangkan alias dipensiunkan. Bus diregenerasi dan nama diganti Sumber Selamat dan Sugeng Rahayu karena diangggap lebih beraura positif.

Sumber Group meski tak punya klakson telolet maupun basuri telah lama menjadi rajanya transportasi darat di Tanah Jawa. Bersiaplah untuk minggir jika dari belakang terdengar suara “tretetetetetetetet”. Itu berarti di belakang Anda ”menempel” bus Sumber Group yang melaju.   

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 10 Mei 2024. Penulis adalah Manajer Senior Solopos Media Group) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya