SOLOPOS.COM - Tika Sekar Arum (Istimewa/Dokumen pribadi)

Solopos.com, SOLO – Dunia pendidikan berduka lagi. Bus pariwisata yang mengangkut rombongan peserta study tour Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Lingga Kencana Depok, Jawa Barat, mengalami kecelakaan.

Sebelas orang meninggal dunia dan puluhan lainnya luka-luka dalam peristiwa di jalan menurun Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat pada Sabtu (11/5/2024). Duka itu juga dirasakan oleh semua insan pendidikan.

Promosi Selamat Datang di Liga 1, Liga Seluruh Indonesia!

Rasa duka bercampur kesal dan penyesalan. Mengapa kecelakaan tragis ini terjadi? Seperti lazimnya peristiwa kecelakaan serupa di Indonesia, publik menyalahkan pihak-pihak yang bisa dipersalahkan.

Pengelola sekolah, sopir bus, hingga pejabat dinas pendidikan tak luput dari tudingan bertanggung jawab atas kejadian ini. Pergulatan pendapat makin panas hingga berujung pada pro dan kontra pelaksanaan study tour.

Perkara study tour ini direspons sejumlah pejabat dinas pendidikan dengan pernyataan melarang study tour atau mengizinkan study tour dengan syarat yang rigid. Dalam catatan saya, ada beberapa daerah yang telah merilis regulasi tentang study tour.

Sejumlah pemerintah daerah melarang dan membatasi perjalanan study tour pelajar, seperti Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Kuningan, Pemerintah Kabupaten Pangandaran, Pemerintah Kabupaten Cirebon, Pemerintah Kota Depok, Pemerintah Kabupaten Bogor, Pemerintah Kota Cimahi, Pemerintah Kota Tangerang Selatan.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah Uswatun Hasanah melarang sekolah negeri setingkat SMA dan SMK menggelar study tour lewat nota dinas nomor 421.7/00371/SEK/III/2024. Uswatun mengatakan sekolah yang melanggar aturan itu akan diberi sanksi tegas.

Di Soloraya beberapa pemerintah daerah juga bereaksi atas boleh tidaknya study tour pelajar. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali mengeluarkan surat edaran nomor 400.3/3035/4.1/2024 tertanggal 16 Mei 2024 yang mengatur tiga hal tentang study tour.

Surat edaran itu mengatur dokumen kendaraan yang digunakan untuk study tour seperti surat tanda nomor kendaraan (STNK), bukti uji kendaraan atau kir, dan surat izin mengemudi (SIM) sopir harus lengkap.

Pengelola sekolah harus memastikan rute study tour tidak ekstrem atau tidak berbahaya. Kecelakaan bus peserta study tour SMK Lingga Kencana Depok juga memicu reaksi kalangan pelaku wisata.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan dirinya tidak setuju dengan kebijakan pemerintah daerah melarang atau membatasi kegiatan study tour bagi siswa.

Sandiaga berpendapat study tour tidak hanya meningkatkan perekonomian karena menghidupkan pariwisata domestik, melainkan juga sebagai salah satu media pembelajaran yang menyenangkan untuk siswa.

Bagi siswa, study tour menjadi momentum mengesankan selama sekolah. Aktivitas ini dinanti-nanti. Beberapa kawan saya menjadikan cerita study tour sebagai pencapaian saat duduk di bangku SMP dan SMA.

Kawan-kawan yang kebetulan harus melalui masa gerakan reformasi 1998, ketika di negeri ini terjadi kekacauan, merasa kesal karena tidak bisa melaksanakan study tour impian seperti kakak-kakak kelas mereka.

Terlepas dari itu, tampaknya kita perlu kembali pada tujuan awal pelaksanaan study tour. Kegiatan ini dimaknai sebagai aktivitas di luar ruangan kelas yang menjadi wahana belajar mengenai suatu hal secara langsung.

Lewat kegiatan ini siswa mendapat pencerahan bahwa dunia di luar bangku sekolah tidaklah sesederhana teori yang mereka pelajari. Berpegang pada tujuan mulia itu, pandangan bahwa study tour harus menuju lokasi yang jauh dan merupakan destinasi wisata tentu tak benar.

Kita bisa dengan mudah menemukan destinasi-destinasi yang memberikan pembelajaran berharga di sekitar kita, apalagi bagi warga Soloraya yang memiliki banyak destinasi kebanggaan yang mencakup wisata alam, wisata belanja, hingga wisata edukasi.

Di Kabupaten Sukoharjo, misalnya, para siswa bisa belajar tentang produksi alkohol di sentra produksi alkohol Bekonang. Mereka bisa belajar di sentra produksi kain pantai Bekonang, sentra pembuatan gamelan di Wirun, atau sentra produksi karak.

Ada juga sentra batik Kedunggudel di Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo. Di Kabupaten Boyolali, para siswa bisa belajar tentang kerajinan tembaga di Tumang, Kecamatan Cepogo, yang berkreasi dan menghasilkan produk yang berkelas nasional bahkan internasional.

Di Kabupaten Klaten, pelajar bisa belajar produksi mi soun di sentra produksi Daleman, melihat sentra pembibitan perikanan Janti, dan sentra produksi kain tenun khas Klaten.

Di Kota Solo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, dan Kabupaten Sragen juga ada banyak pilihan destinasi yang menarik dan menawarkan pengalaman berbeda. Ada begitu banyak wahana belajar yang bisa menjadi pilihan study tour.

Semua berlokasi tak jauh dari tempat tinggal. Tentu biaya yang dibutuhkan tidak terlalu tinggi dan para pelajar bakal terhindar dari risiko kecelakaan di perjalanan karena alasan penghematan biaya operasional.

Pertanyaannya kemudian, sudahkah para pengelola wisata di lingkungan kita menjalankan tugas dengan benar? Sudahkah destinasi wisata di kampung kita dikelola dengan baik, dalam hal sarana prasarana serta kemudahan akses?

Tentu ini menjadi catatan berikutnya. Pada akhirnya, kita berharap aktivitas study tour bagi pelajar tetap dilaksanakan, namun dengan perubahan konsep.



Tour de kampung(ku) alias karya wisata ke kampung sendiri bisa menjadi pilihan cerdas agar pelajar tetap mendapatkan manfaat study tour sekaligus terhindar dari risiko kecelakaan fatal seperti yang dialami SMK Lingga Kencana Depok.

Konsep ini tentu juga disukai orang tua dan wali siswa karena mereka tak perlu mengeluarkan biaya terlalu banyak untuk biaya study tour.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 20 Mei 2024. Penulis adalah Manajer Program Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya