SOLOPOS.COM - Novi Saptina (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Mengapa  perlu berwisata di museum? Rekreasi yang sebenarnya memang di museum. Bisa dipastikan museum adalah tempat yang luas sehingga udara yang kita hirup terasa segar, tidak kekurangan oksigen, membuat badan benar terasa plong.

Hilanglah penat di badan.  Seberapa pun banyak pengunjung akan tetap lengang. Bangunannya  kukuh. Biasanya menempati bangunan kuno. Museum menjadi  lokasi berfoto yang bernilai tinggi.

Promosi Gonta Ganti Pelatih Timnas Bukan Solusi, PSSI!

Museum jauh dari ingar bingar sehingga bisa menimbulkan ide dan semangat baru bagi yang berkreativitas tinggi. Museum kini makin sarat dengan  teknologi. Ada  tampilan  diorama dengan layar sentuh (touch sreen) plus audio penjelasan mengenai diorama tersebut.

Ada pula yang menggunakan teknik cahaya yang dipadukan dengan bunyi. Begitu kita sampai pada diorama lampu langsung menyala dan bunyi-bunyian mulai mengalun. Ada nyanyian, cerita/kisah, atau suara tembakan di arena peperangan.

Museum juga tampil anggun karena bangunannya yang berkualitas nomor satu. Demi menjaga koleksi benda-benda lawas harus didukung air conditioning (AC) agar terjaga suhunya. Ini sering diterjemahkan orang dengan sunyi dan membosankan.

Banyak lagi julukan-julukan untuk museum, padahal  ketenangan inilah yang bisa menyegarkan otak yang penat karena segala kesibukan dan tekanan sehari-hari.  Bila  bisa memahami nilai-nilai museum, ini adalah tempat sempurna untuk para kreator.

Para wisatawan mancanegara sangat senang dengan keadaan yang seperti itu. Bukan  yang penuh glamor dan ingar bingar. Mereka sudah melewati itu semua dan mencari yang lebih bermakna.

Story line adalah alur cerita dan story telling adalah dongeng. Dalam konteks museum, yang dimaksud story line adalah penataan dalam ruang pamer (display) yang biasanya menjadi aset penting museum.

Sedangkan story telling adalah uraian pesan yang ditampilkan dalam display atau yang dibawakan oleh pemandu. Begitulah kata dua orang narasumber di Monumen Pers Nasional dalam diskusi permuseuman pada 15 Maret 2024.

Mereka adalah Erwin J. Skripsiadi dan Haris Rahmanendra. Erwin dari Hompimpa Book and Games. Haris adalah penanggung jawab Unit Museum Manusia Purba Klaster Bukuran. Hal yang pokok dan sangat penting di museum adalah story line dan story telling yang menjadikan museum dikagumi dan disenangi pengunjung.

Di museum Nelson Mandela di Afrika terdapat ruang khusus di pojok yang menggambarkan ruang tahanan ketika Nelson Mandela dipenjara. Pengunjung bisa masuk dan bisa merasakan betapa tersiksanya Mandela ketika berada di penjara itu.

Di museum tambang pengunjung bisa memukul-mukul dengan kapak seperti yang dilakukan seorang penambang.  Di Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta, terasa sangat homy.

Di halaman yang luas, seperti alun-alun kecil, setiap sore para remaja masuk museum untuk menikmati rumput hijau alun-alun buatan itu. Ada yang menyewa sepeda, main otopet, ada yang duduk-duduk saja.

Berkunjung ke Museum Benteng Vredeburg tidak ada kesan sunyi dan membosankan. Justru kesan yang didapat adalah keren, banyak anak muda, bisa menjadi tempat pelipur lara.

Tempat duduk di museum ini juga nyaman. Wisatawan sangat kerasan duduk-duduk setelah mengunjungi gedung diorama satu. Lalu melanjutkan lagi dengan diorama dua, kemudian duduk-duduk lagi.

Ada kantin yang menyediakan teh panas, cokelat panas, atau mi instan dalam kemasan gelas sekadar untuk menyambung semangat melanjutkan perjalanan menghabiskan diorama demi diorama.

Museum Ki Hadjar Dewantara mempunyai keunikan berupa rumah kuno yang asri. Itu dulu rumah tempat tinggal Ki Hadjar. Museum ini menyatu dengan tempat minum kopi dan perpustakaan.

Menyatu pula dengan Perguruan Taman Siswa dan gedung pendopo atau aula yang kadang-kadang disewakan untuk resepsi pernikahan. Museum Diponegoro adalah kompleks tanah leluhur Pangeran Diponegoro, bagian dari sejarah besar Perang Jawa.

Ada rumah pangeran yang dijadikan museum. Isinya adalah kereta dan banyak senjata yang dulu dipergunakan untuk berperang serta foto dan lukisan Raden Saleh yang menggambarkan pelarian Pangeran Diponegoro saat dikepung tentara Belanda.

Satu-satunya jalan keluar saat itu hanya menjebol tembok di belakang rumah. Pangeran Diponegoro lalu mendobrak tembok itu bersama kuda kesayangannya Kiai Gentayu. Pangeran Diponegoro berhasil meloloskan diri.

Sekarang tembok jebol itu masih berdiri sebagai monumen kenangan sejarah Pangeran Diponegoro yang heroik. Museum Dirgantara juga menarik dengan tampilan pesawat-pesawat tempur dan narasinya. Menjadi tempat foto yang unik karena jumlah pesawat yang banyak.

Museum Keris di Kota Solo sangat nyaman. Banyak kegiatan di museum ini, terutama menari dan sarasehan. Satu lagi di Kota Solo, yaitu Museum Radya Pustaka. Ini adalah museum yang berdiri kali pertama di Indonesia. Masih banyak lagi museum di Indonesia.

Biasanya  para  pembuat konten berupa foto atau video  tertarik dengan keanggunan museum dan mengunggah foto atau video di media sosial.

Sebagian pengelola museum kadang-kadang mengunggah kembali dan merespons foto dan video serta memberi informasi lokasi berfoto yang menarik lainnya beserta informasi sejarahnya.



Ramai komentar di media sosial membuat komunikasi tersendiri, tentang pentingnya berwisata di museum.  Data  hasil survei Kompas (5 Januari 2020) menjelaskan yang tertarik berlibur ke museum 57,9%, yang  menjawab tidak tahu 26,6%, dan  yang menjawab belum ada rencana untuk berkunjung ke museum 14,9%, sedangkan yang tidak tertarik 0,6%.

Data ini menunjukkan  pada kenyataannya separuh lebih responden tertarik pada museum. Sisanya kurang lebih 40% bervariasi, bukan tidak tertarik, yaitu belum mengagendakan kunjungan ke museum.

Museum Louvre di Prancis pernah bekerja sama dengan aplikasi pemesanan penginapan airbnb mengadakan kontes menginap di museum. Pemenangnya mendapatkan tur privat di museum yang merupakan rumah lukisan Monalisa karya Leonardo Da Vinci dan dijamu makan malam ala Kaisar Napoleon.

Liburan  menginap di museum di Jakarta beberapa kali dilakukan. Peserta selalu ada. Kegiatan itu bertujuan memperkenalkan kepada masyarakat bahwa sejarah menyatukan dunia.

Semua itu menunjukkan bahwa permuseuman tetap ada dan eksis. Penikmatnya saja yang belum ”membumi”. Jika melihat iklan layanan masyarakat di TVRI, ada salah satu lokasi yang menggambarkan seorang anak di depan kelas didampingi guru.

Anak itu sedang menceritakan tulisan karya dia sesudah masa libur yang dia isi dengan berkunjung ke museum Benteng Pendem  di Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur.

Anak itu tertarik dengan makam yang berada dalam benteng itu. Ternyata itu adalah makam prajurit Pangeran Diponegoro yang sangat sakti. Ketika ditangkap oleh pasukan Belanda dalam penyerbuan ke benteng itu, dia  disiksa pasukan Belanda agar memberi tahu persembunyian Pangeran Diponegoro.

Prajurit itu hanya membisu. Belanda geram. Ditembaklah tangan prajurit Pangetan Diponegoro itu, namun tidak mempan. Pasukan Belanda yang sangat keasl mengubur hidup-hidup prajurit itu  dikubur di benteng tersebut.

Meskipun visualisasi itu hanya iklan layanan masyarakat, memaknai seorang murid sekolah yang tertarik pada idola asli negeri sendiri, yaitu Pangeran Diponegoro dan prajuritnya yang terkenal teguh pendirian, tentu membanggakan.

Betapa   bangga,  anak bisa menepuk dada  “aku juga keturunan Pangeran Diponegoro dan prajuritnya!”, “aku juga gagah berani seperti mereka!”.

Hal ini adalah sesuatu yang keren pada anak-anak sebagai pewaris pejuang bangsa Indonesia tercinta.  Semua ini bisa diperoleh melalui museum-museum di Indonesia dengan story line dan story telling yang menarik.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 27 Mei 2024. Penulis adalah pensiunan guru yang tinggal di Kota Solo)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya